Minggu, 10 Maret 2013

Si Tua Sais Pedati


(Album Sarjana Muda)
 tahun 1981
cipt. Iwan Fals
foto dari: http://melodi87.blogspot.com/2013/02/si-tua-sais-pedati.html

Bergerak perlahan dengan pasti
Di jalan datar yang berlumpur
Sesekali terdengar geletar cemeti
Diiringi teriakan lantang
Si tua sais pedati

Derap pedati sebentar berhenti
Tampak si tua sais pedati
Mulai membuka bungkusan nasi
Yang dibekali
Sang istri

Gerak pedati lalu jalan lagi
Singgah disetiap desa
Tanpa ragu ragu tanpa malu malu
Napas segar terhembus dari sepasang lembu
Yang tak pernah merasakan sesak polusi

Dia tak pernah memerlukan
Dia tak pernah membutuhkan
Solar dan ganti oli bensin dan ganti busi
Apalagi charge aki

Dia tak pernah kebingungan
Dia tak pernah ketakutan
Apa kata orang tentang gawatnya
Krisis energi

Gerak pedati dan lenguh lembu
Seember rumput dan geletar cemeti
Seakan suara adzan yang dikasetkan
Sementara itu sang bilal (gawat)
Pulas mendengkur

Doa Pengobral Dosa


(Album Sarjana Muda) 
tahun 1981
cipt. Iwan Fals
foto dari: http://berita.plasa.msn.com/photoviewer.aspx?cp-documentid=6006272&page=5

Disudut dekat gerbong
Yang tak terpakai
Perempuan ber make up tebal
Dengan rokok ditangan
Menunggu tamunya datang

Terpisah dari ramai
Berteman nyamuk nakal
Dan segumpal harapan
Kapankah datang
Tuan berkantong tebal

Habis berbatang batang
Tuan belum datang
Dalam hati
Resah menjerit bimbang

Apakah esok hari
Anak-anakku dapat makan
Oh Tuhan beri
Setetes rezeki

Dalam hati yang bimbang berdoa
Beri terang jalan anak hamba
Kabulkanlah Tuhan

Terpisah dari ramai
Berteman nyamuk nakal
Dan segumpal harapan
Kapankah datang
Tuan berkantong tebal

Habis berbatang batang
Tuan belum datang
Dalam hati
Resah menjerit bimbang

Apakah esok hari
Anak-anakku dapat makan
Oh Tuhan beri
Setetes rezeki

Dalam hati yang bimbang berdoa
Beri terang jalan anak hamba
Kabulkanlah Tuhan
Kabulkanlah Tuhan..

Bung Hatta


(Album Sarjana Muda) 
tahun 1981
cipt. Iwan Fals
foto dari: http://webgambar.blogspot.com/2010/11/bung-hatta.html

Tuhan terlalu cepat semua
Kau panggil satu satunya yang tersisa
Proklamator tercinta

Jujur lugu dan bijaksana
Mengerti apa yang terlintas dalam jiwa
Rakyat Indonesia

Hujan air mata dari pelosok negeri
Saat melepas engkau pergi

Berjuta kepala tertunduk haru
Terlintas nama seorang sahabat
Yang tak lepas dari namamu

Terbayang baktimu
Terbayang jasamu
Terbayang jelas jiwa sederhanamu

Bernisan bangga
Berkafan doa
Dari kami yang merindukan orang
Sepertimu

huuuu, huuuuu, huuu, huuu

Hujan air mata dari pelosok negeri
Saat melepas engkau pergi

Berjuta kepala tertunduk haru
Terlintas nama seorang sahabat
Yang tak lepas dari namamu

Terbayang baktimu
Terbayang jasamu
Terbayang jelas jiwa sederhanamu

Bernisan bangga
Berkafan doa
Dari kami yang merindukan orang
Sepertimu