Rabu, 27 Februari 2013

Guru Oemar Bakri


(Album Sarjana Muda)
tahun 1981
cipt: Iwan Fals 

foto dari http://jejakharianku.blogspot.com/2011/05/guru-honorer-potret-oemar-bakri-hari.html

Tas hitam dari kulit buaya
Selamat pagi berkata bapak Umar Bakri
Ini hari aku rasa kopi nikmat sekali

Tas hitam dari kulit buaya
Mari kita pergi memberi pelajaran ilmu pasti
Itu murid bengalmu mungkin sudah menunggu

Laju sepeda kumbang dijalan berlubang
Selalu begitu dari dulu waktu jaman Jepang
Terkejut dia waktu mau masuk pintu gerbang
Banyak polisi bawa senjata berwajah garang

Bapak Oemar Bakri kaget apa gerangan?
“Berkelahi pak!” jawab murid seperti jagoan
Bapak Oemar Bakri takut bukan kepalang
Itu sepeda butut dikebut lalu cabut kalang kabut (Bakri kentut)
cepat pulang

Busyet... standing dan terbang

Oemar Bakri Oemar Bakri
Pegawai negeri
Oemar Bakri Oemar Bakri
Empat puluh tahun mengabdi
Jadi guru jujur berbakti memang makan hati

Oemar Bakri Oemar Bakri
Banyak ciptakan menteri
Oemar Bakri
Profesor dokter insinyurpun jadi
(Bikin otak orang seperti otak Habibie)
Tapi mengapa gaji guru Umar Bakri
Seperti dikebiri

Laju sepeda kumbang dijalan berlubang
Selalu begitu dari dulu waktu jaman Jepang
Terkejut dia waktu mau masuk pintu gerbang
Banyak polisi bawa senjata berwajah garang

Bapak Oemar Bakri kaget apa gerangan?
“Berkelahi pak!” jawab murid seperti jagoan
Bapak Oemar Bakri takut bukan kepalang
Itu sepeda butut dikebut lalu cabut kalang kabut (Bakri kentut)
cepat pulang

Oemar Bakri Umar Bakri
Pegawai negeri
Oemar Bakri Oemar Bakri
Empat puluh tahun mengabdi
Jadi guru jujur berbakti memang makan hati

Oemar Bakri Oemar Bakri
Banyak ciptakan menteri
Oemar Bakri
Profesor dokter insinyurpun jadi
(Bikin otak orang seperti otak Habibie)
Tapi mengapa gaji guru Umar Bakri
Seperti dikebiri

Bakri Bakri
Kasihan amat loe jadi orang
Gawat

Sarjana Muda


(Album Sarjana Muda) 
tahun 1981
cipt: Iwan Fals 
Cover Kaset

Berjalan seorang pria muda
Dengan jaket lusuh dipundaknya
Disela bibir tampak mengering
Terselip sebatang rumput liar

Jelas menatap awan berarak
Wajah murung semakin terlihat
Dengan langkah gontai tak terarah
Keringat bercampur debu jalanan

Engkau sarjana muda
Resah mencari kerja
Mengandalkan ijazahmu

Empat tahun lamanya
Bergelut dengan buku
Tuk jaminan masa depan

Langkah kakimu terhenti
Didepan halaman sebuah jawatan

Tercenung lesu engkau melangkah
Dari pintu kantor yang diharapkan
Terngiang kata tiada lowongan
Untuk kerja yang didambakan

Tak peduli berusaha lagi
Namun kata sama kau dapatkan
Jelas menatap awan berarak
Wajah murung semakin terlihat

Engkau sarjana muda
Resah tak dapat kerja
Tak berguna ijazahmu

Empat tahun lamanya
Bergelut dengan buku
Sia sia semuanya

Setengah putus asa dia berucap...
maaf ibu...

Panggilan Dari Gunung


(Album Belum Ada Judul) 
tahun 1992

Panggilan dari gunung
Turun ke lembah lembah
Kenapa nadamu murung
Langkah kaki gelisah

Matamu separuh katup
Lihat kolam seperti danau
Kau bawa persoalan
Cerita duka melulu

Disini menunggu
Cerita yang lain
Disini menunggu
Cerita yang lain
Menunggu

Berapa lama diam
Cermin katakan bangkit
Pohon pohon terkurung
Kura kura terbius

Disini menunggu
Cerita yang lain
Disini menunggu
Cerita yang lain
Menunggu

Potret


(Album Belum Ada Judul) 
tahun 1992

Melihat anak anak kecil berlari larian
Di perempatan jalan kota kota besar
Mengejar hari yang belum dimengerti
Sambil bernyanyi riang menyambut resiko

Melihat anak anak sekolah berkelahi
Di pusat keramaian kota kota besar
Karena apa tak ada yang mengetahui
Sementara darah yang keluar bertambah banyak

Melihat anak anak muda diujung gang
Berkelompok tak ada yang dikerjakan
Selain mengeluh dan memanjakan diri
Hari esok bagaimana besok

Mendengar orang orang pandai berdiskusi
Tentang kesempatan yang semakin sempit
Tentang kemunafikan yang kian membelit
Tetapi tetap saja tinggal omongan

Merasa birokrat bersilat lidah
Seperti tukang obat dijalanan
Mencoba meyakinkan rakyat
Bahwa disini seperti di surga

Tak adakah jalan keluar ?

Ikrar


(Album Belum Ada Judul) 
tahun 1992
Cover Kaset


Meniti hari
Meniti waktu
Membelah langit
Belah samudra

Ikhlaslah sayang
Kukirim kembang
Tunggu aku
Tunggu aku

Rinduku dalam
Semakin dalam
Perjalanan
Pasti kan sampai

Penantianmu
Semangat hidupku
Kau cintaku
Kau intanku

Doakanlah sayang
Harapkanlah manis
Suamimu segera kembali

Doakanlah sayang
Harapkanlah manis
Suamimu suami yang baik

Ku titipkan
Semua yang kutinggalkan
Kau jagalah
Semua yang mesti kau jaga

Permataku
Aku percaya padamu
Permataku
Aku percaya padamu

Mencetak Sawah


(Album Belum Ada Judul) 
tahun 1992

foto: Petani (Sumber: Top A Photographer Club)


Kubaca koran pagi sambil ngopi
Ada kabar menarik hati
Konglomerat akan mencetak sawah
Diatas tanah milik siapa?

Aku jadi berpikir
Untuk apa berupaya membuat sawah?
Sebab tanah ini tak lagi berkah
Tak lagi ramah

Semua akan sia sia
Karena kami tak lagi makan nasi
Dari bumi pertiwi ini
Dari keringat pak tani

Tanah tanah suburmu
Sudah menjadi ranjang industri
Menjadi ayunan ambisi ambisi
Demi gengsi demi aksi

Untuk apa sawah sawah
Pak taniku sudah pergi
Menjadi pejalan kaki yang sepi

Selasa, 26 Februari 2013

Belum Ada Judul (1992)

Album: Belum Ada Judul
Tahun: 1992
Format: Kaset
Label: SKI Records, Harpa Records

Cover Kaset - SKI Records

Setelah mengeksplorasi bunyi dengan berbagai musisi, kali ini Iwan Fals tampil memunculkan diri sendiri. Inilah full album Iwan Fals pertama kali yang seluruhnya merupakan nomor akustik (album akustik berikutnya adalah Manusia 1/2 Dewa). 
Album ini dari peralatan musik sangat sederhana, hanya ada iringan gitar akustik dan harmonika yang dimainkan oleh Iwan Fals sendiri.
dirilis dalam format kaset pada tahun 1992 oleh Harpa Records, dalam sampul kasetnya terdapat prakata dari Fajar Budiman sebagai berikut:
Sebagai bagian dari penyaksi perjalanan sosok Iwan Fals, memiliki sebuah kerinduan terhadap bentuk kesederhanaan yang mendalam.

Disini kita bisa lebih bisa menikmati Iwan Fals dalam dirinya secara utuh dan polos.

Lagu yang tersaji dalam album yang digarap tahun 1992 ini adalah:
Side A:
Kaset Belum Ada Judul (Harpa)

Side B:


Di Mata Air Tidak Ada Air Mata


(Album Belum Ada Judul) 
tahun 1992

foto: http://www.desktopas.com/tears-in-eyes-1024x768.html


Memetik gitar dan bernyanyi
Pada waktu tak bertepi
Di atas langit di bawah tanah
Dihembus angin terseret arus

Untuk saudara tercinta
Untuk jiwa yang terluka

Tengah lagu suaraku hilang
Sebab hari semakin bising
Hanya bunyi peluru di udara
Gantikan denting gitarku

Mengoyak paksa nurani
Jauhkan jarak pandangku

Bibirku bergerak tetap nyanyikan cinta
Walau aku tahu tak terdengar
Jariku menari tetap tak akan berhenti
Sampai wajah tak murung lagi

Bibirku bergerak tetap nyanyikan cinta
Walau aku tahu tak terdengar
Jariku menari tetap tak akan berhenti
Sampai wajah tak murung lagi

Amarah sempat dalam dada
Namun akalku menerkam
Kubernyayi dimatahari
Kupetik gitar di rembulan

Dibalik bening mata air
Tak pernah ada air mata

Dibalik bening mata air
Tak pernah ada air mata

Ya Atau Tidak


(Album Belum Ada Judul) 
tahun 1992

http://fineartamerica.com/featured/mourning-woman-statue-cheryl-davis.html

Bicaralah nona
Jangan membisu
Walau sepatah kata
Tentu kudengar

Tambah senyum sedikit
Apa sih susahnya?
Malah semakin manis
Semanis tebu

Engkau tahu isi hatiku
Semuanya sudah aku katakan
Ganti kamu jawab tanyaku
Ya atau tidak itu saja

Bila hanya diam
Aku tak tahu
Batu juga diam
Kamu kan bukan batu

Aku tak cinta pada batu
Yang aku cinta hanya kamu
Jawab nona dengan bibirmu
Ya atau tidak itu saja

Tak aku pungkiri
Aku suka wanita
Sebab aku laki laki
Masa suka pria

Ah kuraslah isi dadaku
Aku yakin ada kamu disitu
Jangan diam bicaralah
Ya atau tidak itu saja

Aku Disini


(Album Belum Ada Judul) 
tahun 1992

Foto dari http://topikserbaserbi.blogspot.com/2011/07/angkutan-sayur-mayur.html


Mengantuk perempuan setengah baya
Di bak terbuka mobil sayuran
Jam tiga pagi itu
Tangannya terangkat saat sorot lampu mobilku
Menyilaukan matanya
Aku ingat ibuku
Aku ingat istri dan anak perempuanku

Separuh jalan menuju rumah
Saat lampu menyala merah
Didepan terminal bis kota yang masih sepi
Aku melihat seorang pelacur tertidur
Mungkin letih atau mabuk
Aku ingat ibuku
Aku ingat istri dan anak perempuanku

Dibawah temaram sinar merkuri
Bocah telanjang dada bermain bola
Oh pagi yang gelap
Kau sudutkan aku

Suara kaset dalam mobil
Aku matikan
Jendela kubuka
Angin pagi dan nyanyian sekelompok anak muda
Mengusik ingatanku
Aku ingat mimpiku
Aku ingat harapan
Yang semakin hari semakin panjang tak berujung

Perempuan setengah baya
Pelacur yang tertidur
Bocah bocah bermain bola
Anak muda yang bernyanyi

Sebentar lagi ayam jantan
Kabarkan pagi
Hari-harimu menagih janji

Aku disini
Ya aku disini
Ingat ibuku
Istri dan anak anakku

Mereka Ada Di Jalan

(Album Belum Ada Judul) 
tahun1992 

FOTO ANTARA/Rosa Panggabean/ama/09, 
http://www.antarafoto.com/peristiwa/v1255951692/polusi-terburuk

Pukul tiga sore hari
Di jalan yang belum jadi
Aku melihat anak anak kecil
Telanjang dada telanjang kaki
Asik mengejar bola

Kuhampiri kudekati
Lalu duduk di tanah yang lebih tinggi
Agar lebih jelas lihat dan rasakan
Semangat mereka keringat mereka
Dalam memenangkan permainan

Ramang kecil, Kadir kecil
Menggiring bola di jalanan
Ruli kecil Riki kecil
Lika liku jebolkan gawang

Tiang gawang puing puing
Sisa bangunan yang tergusur
Tanah lapang hanya tinggal cerita
Yang nampak mata hanya
Para pembual saja

Anak kota tak mampu beli sepatu
Anak kota tak punya tanah lapang
Sepak bola menjadi barang yang mahal
Milik mereka yang punya uang saja
Dan sementara kita disini di jalan ini

Bola kaki dari plastik
Ditendang mampir ke langit
Pecahlah sudah kaca jendela hati
Sebab terkena bola
Tentu bukan salah mereka

Roni kecil, Heri kecil
Gaya samba sodorkan bola
Nobon kecil, Juki kecil
Jegal lawan amankan gawang
Cipto kecil, Iswadi kecil
Tak tik tik tak terinjak paku
Yudo kecil, Paslah kecil
Terkam bola jatuh menangis

Besar dan Kecil

(Album Belum Ada Judul) 
tahun 1992


foto dari http://kangmase.wordpress.com

Kau seperti bis kota atau truk gandengan
Mentang-mentang paling besar klakson sembarangan
Aku seperti bemo atau sandal japit
Tubuhku kecil mungil biasa terjepit

Pada siapa kumengadu?
Pada siapa kubertanya?

Kau seperti buaya atau dinosaurus
Mentang-mentang menakutkan makan sembarangan
Aku seperti cicak atau kadal buntung
Tubuhku kecil mrengil sulit dapat untung

Pada siapa kumengadu?
Pada siapa kubertanya?

Mengapa besar selalu menang?
Bebas berbuat sewenang wenang
Mengapa kecil selalu tersingkir?
Harus mengalah dan menyingkir

Apa bedanya besar dan kecil?
Semua itu hanya sebutan
Ya... walau didalam kehidupan
Kenyataannya harus ada besar dan kecil

Kau seperti bis kota atau truk gandengan
Mentang-mentang paling besar klakson sembarangan
Aku seperti bemo atau sandal japit
Tubuhku kecil mungil biasa terjepit

Pada siapa kumengadu?
Pada siapa kubertanya?
Pada siapa kumengadu?
Pada siapa kubertanya?
Pada siapa kumengadu?
Pada siapa kubertanya?

Belum Ada Judul


(Album Belum Ada Judul)
tahun 1992



Pernah kita sama sama susah
Terperangkap didingin malam
Terjerumus dalam lubang jalanan
Digilas kaki sang waktu yang sombong
Terjerat mimpi yang indah
Lelah

Pernah kita sama sama rasakan
Panasnya mentari hanguskan hati
Sampai saat kita nyaris tak percaya
Bahwa roda nasib memang berputar
Sahabat masih ingatkah
Kau

Sementara hari terus berganti
Engkau pergi dengan dendam membara
Dihati

Cukup lama aku jalan sendiri
Tanpa teman yang sanggup mengerti
Hingga saat kita jumpa hari ini
Tajamnya matamu tikam jiwaku
Kau tampar bangkitkan aku
Sobat

Sementara hari terus berganti
Engkau pergi dengan dendam membara
Dihati


Coretan Dinding

(Album belum ada Judul)
tahun 1992


Cover Kaset



Coretan di dinding
Membuat resah
Resah hati pencoret
Mungkin ingin tampil

Tapi lebih resah
Pembaca coretannya
Sebab coretan dinding
Adalah pemberontakan kucing hitam
Yang terpojok di tiap tempat sampah

Ditiap kota
Cakarnya siap dengan kuku kuku tajam
Matanya menyala mengawasi gerak musuhnya
Musuhnya adalah penindas
Yang menganggap remeh
Coretan dinding kota


Coretan di dinding
Membuat resah
Resah hati pencoret
Mungkin ingin tampil

Tapi lebih resah
Pembaca coretannya
Sebab coretan dinding
Adalah pemberontakan kucing hitam
Yang terpojok di tiap tempat sampah

Ditiap kota
Cakarnya siap dengan kuku kuku tajam
Matanya menyala mengawasi gerak musuhnya
Musuhnya adalah penindas
Yang menganggap remeh
Coretan dinding kota

Coretan dinding
Terpojok ditempat sampah
Kucing hitam dan penindas
Sama sama resah

Coretan dinding
Terpojok ditempat sampah
Kucing hitam dan penindas
Sama sama resah